Subscribe

Your Ads Here
73745675015091643

TEOLOGI ISLAM (ALIRAN-MU'TAZILAH)

ALIRAN MUTAZILAH


1. Sejarah Ringkas paham Mutazilah
Kaum mutazilah adalah suatu kaum yang membikin heboh dunia islam selama 300 tahun pada abad permulaan islam, kaum mutazilah telah pernah dalam sejarahnya membunuh ribuan ulama islam, dianatarnya ulama islam yang terkenal syeikh Buwaithi, imam pengganti imam syafi’i dalam suatu peristiwa yang dinamai “ Peristiwa Qur’an Makhluk”
Imam Ahmad bin hambal, membangun mazhab hambali mengalami pula siksaan dalam penjara selama 15 tahun, akibat peristiwa itu, paham mutazilah telah tersebar dan berkuasa pada masa-masa khalifah Ma’mun bin Harusn Rasyid, khalifah Al-Mutashim bin harun rasyid dan khalifah Al-watsiq bin Al-mutashim sekitar abada ketiga, ke-empat dan kelima hijriyah.
golongan-Muktazilah adalah aliran pikiran Islam yang terbesar tertua, yang telah memainkan peranan yang sangat penting. Orang yang hendak mengetahui filsafat Islam yang sungguhnya dan yang berhubungan dengan agama dan arah pemikiran Islam haruslah menggali buku-buku yang dikarang orang-orang Muktazilah, bukan yang dikarang oleh orang-orang yang lazim disebut filosof-filosof Islam, seperti Ibnu Sina dan lain-lain.
Aliran Muktazilah lahir kurang lebih pada permulaan kedua Hijrah di kota Basrah, pusat ilmu dan peradaban n kala itu, tempat perpaduan aneka kebudayaan asing pertemuan bermacam-macam agama.
2. Asal-usul nama Muktazilah
ia Muktazilah bukan ciptaan orang-orang Muktazilah sendiri, tetapi diberikan oleh orang-orang lain. Orang-orang muktazilah menamakan dirinya "ahli keadilan dan keesaan"( il adl wat tauhid). Nama Muktazilah diberikan karena:
a. Orang-orang Muktazilah menyalahi pendapat sebagian besar umat, karena mereka (orang-orang Muktazilah) mengatakan bahwa orang fasik, yaitu orang yang melakukan dosa besar, tidak mukmin tidak pula kafir.
b. Wasil bin Ata', pendiri aliran Muktazilah, berbeda -dapat dengan gurunya, yaitu Hasan Basri, dalam tersebut di atas, yang karenanya ia memisahkan dari pelajaran yang diadakan gurunya dan berdiri sendiri, kemudian mendapat pengikut banyak. Kemudian Hasan Basri berkata: "Wasil telah memisahkan diri da kami". Sejak saat itu maka Wasil dan teman-temann disebut "golongan yang memisahkan diri" (muktazilal)
c. Ahmad Amin dalam bukunya (Fajar Islam, l/3) berpendapat bahwa yang mula-mula memberi nama Muktazilah adalah orang-orang Yahudi. Seperti diketahui, sepulang mereka dari tawanan di Siria). Maksud sebutan ini tepat sekali dipakai untuk orang-orang Muktazilah. Selain itu pendapat golonga| Yahudi Pharisee mirip dengan golongan Muktazila yaitu bahwa semua perbuatan, bukan Tuhan yang mengadakannya. Akan tetapi pendapat terakhir ini kurang tepat, karena motif berdirinya golongan Pharisee berlainan dengan motif berdirinya golongan Muktazilah.
3. Suasana lahirnya Mutazilah
Sejak Islam meluas, banyaklah bangsa-bangsa yang masi Islam untuk hidup di bawah naungannya. Akan tetapi tida semuanya memeluk dengan segala keikhlasan. Ketidakil lasan ini terutama dimulai sejak zaman Muawiyah, karena mereka telah memonopoli segala kekuasaan pada bangsa arab sendiri. Tindakan ini menimbulkan kebencian terhadap Arab dan keinginan menghancurkan Islam dari dalam,sumber keagungan dan kekuatan mereka.
Di antara musuh-musuh Islam dari dalam ialah golong¬an Randan, yaitu golongan Syi'ah ekstrim yang banyak mempunyai unsur-unsur kepercayaan yang jauh sama sekali dari ajaran Islam, seperti kepercayaan Agama Mani dan golongan skeptik yang pada waktu itu tersebar luas di kota-kota Kufah dan Basrah, juga golongan tasawuf inkarnasi termasuk musuh Islam.
Dalam keadaan demikian itu muncullah golongan Muk¬tazilah yang berkembang dengan pesatnya sehingga mempunyai sistem/metode dan pendapat-pendapatnya sendiri. Meskipun banyak golongan-golongan yang ditentang Mukta¬zilah namun mereka sendiri sering-sering terpengaruh oleh golongan-golongan tersebut, karena pendapat dan pikiran selalu bekerja, baik terhadap lawan maupun kawan, baik menerima atau membantah bahkan sering-sering masuk kepada lawannya tanpa dikehendaki atau disengaja.
Golongan-golongan yang mempengaruhi aliran Mukta¬zilah antara lain orang-orang Yahudi (misalnya dalam soal baharunya Quran) dan orang-orang Masehi, seperti Saint John of Damascus (676-749 M) yang terkenal dengan nama Ibnu Sarjun, Sabit bin Qurrah (836-901 M) murid John ter¬sebut dan Kusto bin Lucas (820-912 M).
Dari John of Damascus diambil teori yang mengatakan bahwa Tuhan adalah Zat yang baik, menjadi sumber segala kebaikan dan tidak dapat mengerjakan keburukan. Tuhan "tidak mempunyai sifat-sifat yang bisa menimbulkan Pengertian bilangan. Gambaran-gambaran yang digunakan suci ketika membicarakan Tuhan hanyalah sebagai lambang belaka, agar manusia dapat mudah memahaminya manusia bebas berbuat dan memilih, yang karenanya dapat dimintai pertanggungjawaban.
Dari Sabit bin Qurrah diambil teori pemujaan kekuat akal; dengan akal pikiran semata-mata manusia dapat me ngetahui adanya Tuhan; dengan akal pikirannya pula ia dapat mengetahui baik dan buruk. Dan dari Sabit pula diambj cara-cara pembenaran agama dengan alasan-alasan pikirar Orang-orang Muktazilah dengan giatnya mempelaji filsafat Yunani untuk mempertahankan pendapat-pendapatnya dan ajaran-ajaran Islam.
4. Ajaran-ajarannya

Menurut Al-Bagdadi dalam kitabnya, Al-Farqu bainal Firaqi aliran Muktazilah terpecah-pecah menjadi 22 golongan, di di antaranya dianggap telah keluar dari Islam. Meskipun terpecah-pecah, namun semuanya masih tergabung dalam kelima pokok ajaran mereka, yaitu:
a. Tauhid (pengesaan).
b. Al-Adl (keadilan).
c. Wa'd wal Wa'id (janji dan ancaman).
d. Al-Manzilah baina al-Manzilatain (tempat di antara dua tempat).
e. Amar Ma'ruf Nahi Munkar (perintah kebaikan dan melarang kejahatan).
Masing-masing dari kelima ajaran tersebut akan dijelas kan.
a. Tauhid
Tauhid adalah dasar Islam pertama dan utama. Sebenarnya tauhid ini bukan milik khusus golongan Muktazila tetapi karena mereka menafsirkannya sedemikian rupa dan mepertahankannya dengan sungguh-sungguh maka mereka terkenal sebagai ahli tauhid.
Al-Asy'ari menyebutkan tafsiran mereka terhadap tauhid sebagai berikut:
"Tuhan itu Esa, tidak ada yang menyamai-Nya, bukan benda (jisim), bukan orang (syakhs), bukan jauhar, bukan pula arad tidak berlaku pada-Nya ... tidak mungkin mengambil tempat (ruang), tidak bisa disifati dengan sifat-sifat yang ada pada makhluk yang menunjukkan ketidakazalian-Nya... tidak dibatas, tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan ... tidak dapat dicapai pancaindra ... tidak dapat dilihat mata kepala dan tidak bisa digambarkan akal pikiran ... la Maha Mengetahui, berkuasa dan hidup, tetapi tidak seperti orang yang mengetahui, orang yang berkuasa dan orang yang hidup... Hanya la sendiri yang qadim, dan tidak ada lain-Nya yang qadim ... Tidak ada yang menolong-Nya dalam men-ciptakan apa yang diciptakan-Nya dan tidak membikin makhluk karena contoh yang telah ada terlebih dahulu."
Dari apa yang tersebut di atas, kita dapat mengatakan bahwa golongan Muktazilah:
Mengenal pikiran-pikiran filsafat yang tersiar pada masanya dan menggunakan istilah-istilahnya, seperti syakhs, jauhar, arad, hulul dan qadim.
b.'Al-Adl (keadilan)

Dasar keadilan (al-adl) ialah meletakkan pertanggung¬jawaban manusia atas segala perbuatannya.
Golongan Muktazilah menafsirkan keadilan tersebut sebagai berikut:
"Tuhan tidak menghendaki keburukan, tidak mencipta perbuatan manusia;
manusia bisa mengerjakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, karena qudrat (kekuasaan) yang dijadikan Tuhan pada diri mereka.
la tidak memerintah kecuali apa yang dikehendaki-Nya tidak melarang kecuali apa yang dilarang-Nya. la hanya menguasai kebaikan-kebaikan yang diperintahkan-Nya
tidak tahu menahu (bebas) dari keburukan-keburukan yang dilarang-Nya."
Dengan dasar keadilan ini mereka menolak pendapat golongan Jabariyah yang mengatakan bahwa manusia dalam segala perbuatannya tidak mempunyai kebebasan, bahkan menganggap suatu kezaliman menjatuhkan siksa kepada-nya.
c. Wa'd wal Wa'id (janji dan ancaman)

Prinsip ini adalah kelanjutan prinsip keadilan yang harus ada pada Tuhan. Golongan Muktazilah yakin bahwa janji Tuhan akan memberikan pahala dan ancaman-Nya akan men¬jatuhkan siksa atau neraka pasti dilaksanakan, karena Tuhan sudah menjanjikan demikian. Siapa yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan dan siapa yang berbuat jahat akan dibalas dengan kejahatan pula. Tidak ada pengampunan terhadap dosa besar tanpa taubat sebagaimana tidak mungkin orang yang berbuat baik dihalang-halangi menerima pahala. Pendapat golongan Muktazilah tersebut merupakan tolak belakang pendapat golongan Murji'ah sebagaimana ketaatan tidak akan berguna di samping kekafiran. Kalau pendapat ini dibenarkan, maka ancaman Tuhan tidak akan ada artinya sama sekali, suatu hal yang mustahil ada pada Tuhan.
d. Al-Manzilah baina al-Manzilatain

Prinsip ini sangat penting yang karenanya Wasil bin! Ata' memisahkan diri dari Hasan Basri. Wasil memutuskan bahwa orang yang berbuat dosa besar selain syirik, tidak mukmin tidak pula kafir, tetapi fasik. Jadi kefasikan adalah^
Muktazilah
suatu hal yang berdiri sendiri antara iman dan kafir. Tingkatan orang fasik di bawah orang mukmin dan di atas orang kafir.
jalan tengah ini diambilnya dari:
1. Ayat-ayat Quran dan hadis-hadis yang menganjurkan kita mengambil jalan tengah dalam segala sesuatu.
2. Pikiran-pikiran Aristoteles yang mengatakan bahwa ke-utamaan (fadilah; virtue) ialah jalan tengah antara dua jalan yang berlebih-lebihan.
3. Plato yang mengatakan bahwa ada suatu tempat diantara baik dan buruk.
Golongan Muktazilah memperdalam jalan tengah ter¬sebut sehingga dijadikannya suatu prinsip rasionalis-etis filosofis, yaitu pengambilan jalan tengah antara dua ujung-nya yang berlebih-lebihan.
Golongan Muktazilah membagi maksiat kepada dua bagian, yaitu besar dan kecil. Maksiat besar dibagi dua:
1. Yang merusak dasar agama, yaitu syirik (memperse-kutukan Tuhan) dan orang yang mengerjakannya menjadi kafir.
2. Yang tidak merusak dasar agama, dan orang yang me¬ngerjakannya bukan lagi orang mukmin, karena ia melanggar Agama, juga tidak menjadi kafir, karena ia masih mengucapkan syahadat. Karenanya ia menjadi fasik.

e. Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Prinsip ini lebih banyak berhubungan dengan taklif dan fikih daripada lapangan kepercayaan atau tauhid. ayat-ayat Quran yang memuat prinsip ini, antara lain surat Ali Imran, 3:104, dan Lukman, 31:17.

Prinsip ini harus oleh setiap orang Islam untuk menyiarkan agama dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang sesat. Sejarah menunjukkan betapa hebatnya golongan Muktazil mempertahankan Islam terhadap kesesatan-kesesatan ya tersebar luas pada permulaan masa Abbasiyah, yang hendak menghancurkan kebenaran-kebenaran Islam, bahkan tidak segan-segannya menggunakan kekerasan dalam melaksana-1 kan prinsip tersebut, meskipun terhadap golongan-golonganl Islam sendiri, sebagaimana yang pernah dialami golongan Ahli Hadis dalam masalah Quran. Menurut orang Muktazilah orang yang menyalahi pendirian mereka dianggap sesat dan harus diluruskan.
5. Filsafat Aliran Muktazilah

Kelima prinsip tersebut di atas merupakan dasar utama yang harus dipegangi oleh setiap orang yang mengaku dirinya sebagai orang Muktazilah dan sudah menjadi kesepakatan mereka semua. Akan tetapi mereka berselisihan pendapat tentang soal-soal kecil lainnya, yaitu ketika memperdala pembahasan kelima prinsip tersebut dan menganalisanya! yang didasarkan atas pikiran-pikiran filsafat Yunani dan lain-lainnya. Karena itu sebenarnya tidak terdapat kesatuan aliran yang disebut aliran Muktazilah, tetapi yang ada ialah ber-macam-macam aliran yang timbul dan berkembang sekitarj orang-orang tertentu, sebagaimana halnya dengan ber-|macamnya aliran filsafat, seperti: Stoi, Epicurus, Pythagoras dan lain-lain yang kesemuanya dinamakan filsafat Yunani.
Golongan-golongan Muktazilah yang terkenal antara lain:
1. Aliran Huzail, pengikut Abul Huzail al-Allaf (135-235 Hj atau 751-849 M).
2. Aliran Nazzam, pengikut Ibrahim an-Nazzam (160-26^ H atau 775-876 M).
3. Aliran Jahiz, pengikut Al-Jahiz (159-256 H atau 775-872 M).
4. Aliran Jubbai, pengikut Al-Jubbai (235-303 H atau 849-
917 M).
Kita tidak perlu mempelajari satu persatunya aliran tersebut akan tetapi yang penting bagi kita ialah mengemukakan pikiran-pikiran dan filosofis mereka yang menjadi dasar kepercayaannya dan memperkuatnya. Pikiran-pikiran ini penting karena golongan Muktazilah benar-benar me¬rupakan ahli pikir Islam pertama-tama yang telah berusaha membentuk suatu sistem filsafat yang lengkap, meliputi ketuhanan, fisika, ilmu jiwa, etika dan politik. Apa yang akan kita singgung di sini hanyalah yang mengenai politik dan fisika, sedang lapangan-lapangan lainnya akan dibicarakan pada bagian ketiga yang khusus mengenai persoalan-persoalan ilmu kalam.


a. Politik
Golongan Muktazilah mengemukakan pendapatnya dalam beberapa soalpolitik dan peristiwa politik yang terjadi dalam sejarah Islam. Pendapat-pendapat tersebut menunjuk¬kan corak kebebasan dan keberanian mereka dalam berpikir, menganalisa dan mengkritik. Mereka tidak segan-segan mengkritik sahabat Nabi dan para tabi’in, memuji atau mencelanya, membenarkan atau menyalahkan. Mereka tidak seperti golongan-golongan lain¬nya yang menganggap sahabat bahkan tabiin juga bersih suci yang tidak boleh diganggu-gugat. Sahabat-sahabat sen-din saling mengkritik, bahkan saling melaknati. Mereka sebagai manusia tentu ada segi-segi kebaikannya dan segi-segi keburukannya, bahkan di antara mereka ada yang berbuat maksiat.
Tentang keharusan adanya imamah (pimpinan Negara 5 Islam) pendapat golongan Muktazilah sama dengan golong-an-golongan lainnya, yaitu untuk melaksanakan dan memelihara ketertiban hukum di antara kaum Muslimin dan mengirimkan penganjur-penganjur agama ke pelosok dunia. Akan tetapi haruskah seorang imam itu dari suku Quraisy. Tidak sama pendapat golongan Muktazilah. Ada yang mengharuskan dan ada yang tidak mengharuskan. Mereka yang tidak mengharuskan mengatakan bahwa hadis yang berbunyi: "Imam-imam harus dari orang Quraisy" bukan hadist mutawatir yang didengar oleh orang banyak, karena kalau mutawatir tentulah sahabat-sahabat Ansar tidak perlu menuntut khilafat.
Tentang Abu Bakar, Umar dan Ali dikatakannya bahkan kekhilafatan mereka sah, meskipun kemudian tidak sependapatnya tentang urutan-urutan keutamaan. Ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar lebih utama daripada Ali dai urutan-urutan keutamaan empat orang khalifah ialah sepertii urutan-urutan terjadinya jabatan khalifah. Golongan Muktazilah lain lebih mengutamakan Ali daripada Abu Bakar sedang golongan lainnya lagi tidak mau mengeluarkan pendapatnya. Dasar sahnya kekhilafatan Abu Bakar ialah sendiri menyatakan baiat (pernyataan setia) kepadanya tanpa paksaan.
Selanjutnya tentang Usman, golongan Muktazilah tidak mau mengeluarkan pendapatnya, baik benar atau salah Meskipun selama enam tahun berakhir dari hidupnya mebuat kesalahan-kesalahan karena mengutamakan golongan sukunya, yaitu Bani Umayyah, namun ia adalah orang yang berjasa terhadap Islam, karena pengorbanan hartanya dalam penyebaran-penyebaran Islam pada masa kekhilafatannya Karena itu Abul Huzail al-Allaf menyatakan tidak tahu,apakah Usman terbunuh karena berbuat kesalahan (kezaliman), ataukah sebagai orang yang teraniaya.
Demikian pula halnya orang yang terlibat dalam pertempuran Al-Jamal, yaitu Ali satu pihak dan Talhah, Zubair dan Aisyah di lain pihak. Menurut golongan Muktazilah boleh jadi salah satu pihak benar, dan pihak lainnya salah, akan tetapi kita tidak dapat menentukannya. Tuhanlah yang mengetahui keadaan mereka sebelum terjadinya pertempur¬an tersebut, yaitu bahwa semua mereka itu adalah orang yang baik dan adil.
Tentang pertempuran antara Ali di satu pihak dan Muawiyah di lain pihak, golongan Muktazilah membela Ali dan menyalahkan Muawiyah bersama-sama pengikutnya. Karena itu kekhilafatannya dan kekhilafatan keturunannya tidak sah. Dalam pada itu sahabat-sahabat yang mengalami peris-tiwa tersebut dan orang-orang yang mengalami khalifah-khalifah Amawi dapat dimaafkan, karena mereka tidak berdaya menghadapinya.
b. Filsafat Fisika
Pembicaraan di sini dibagi tiga, yaitu: materi alam (mad-dah), bagian-bagian alam; dan gerak.
1. Materi Alam
Filsafat golongan Muktazilah dalam soal fisika didasar-kan atas dua prinsip utama, yaitu keesaan dan keadilan Tuhan. Mereka mempercayai bahwa alam ini dijadikan Tuhan dan bahwa Tuhan selalu ada dan lebih dahulu adanya dari-Pada makhluk-makhluk yang dijadikan-Nya. Tuhan menjadi-kan alam ini dari "tiada" (adam). Akan tetapi golongan Muktazilah mempunyai tafsiran khusus terhadap "tiada" ter-sebut dan dianggapnya sebagai suatu benda (bahan) alam ini. itu, menurut mereka alam ini terdiri dari dua hal,
yaitu materinya yang diambil dari "tiada" dan wujudnya yang diambil dari Tuhan. Dengan perkataan lain "tiada adalah materia alam, (materia alam; matter atau hule) sedang wujudnya adalah bentuknya (form).
Mereka membagi "tiada" kepada dua bagian:
1. "tiada" (adam) yang mungkin, yaitu sebelum menjadi wujud yang nyata. la adalah sesuatu (zat, ain, hakikat)
2. "tiada" yang tidak mungkin, yang tidak bisa menjadi wujud yang nyata, karena itu tidak ada sama sekali. “
Ada dua argumentasi tentang wujudnya "tiada" sebagai sesuatu:
1. Pengetahuan (ilmu) harus didasarkan atas sesuatu yang diketahui. Sedang "tiada" dapat kita ketahui, karena kita mempunyai gambarannya dalam pikiran, "tiada" itu adalah sesuatu itu sendiri.
2. Ilmu Tuhan adalah qadim. Objek ilmu inipun qadim pula. Karena Tuhan mengetahui segala sesuatu sebelum wujudnya, jadi mengetahui "tiada"-nya, maka sesuatu itu telah menjadi sesuatu sebelum wujudnya. Ketika Tuhan mewujudkan sesuatu itu, la tidak la hanyalah memberikan sifat "wujud". Apa yang menyebab golongan Muktazilah mengambil pikiran semacam ini?
Karena Tuhan itu tidak ada yang menyamai-Nya dan jauh dari sifat-sifat kebendaan. Kalau Tuhan menjadikan.’suatu, maka hakikat sesuatu itu akan sama dengan hakil Tuhan. Karena itu la tidak menjadikannya, tetapi hanya memberinya wujud, sebagaimana halnya akal fa'al (active intellect memberi bentuk (form) kepada sesuatu, dalam istilah filsafat Kalau tidak ada Tuhan tentu tidak ada alam, sebagaimana kalau tidak ada active intellect, bagi filosof, tidak mungkin alam ini menjadi wujud yang nyata.
"Tiada" menurut konsep Muktazilah mengingatkan kita
Ada “ Hule”yang azali yang telah dibahas oleh Aristoteles dan Plato, bahkan mirip sekali dengan "sesuatu yang tidak terbatas" (boundless) dari Anaximander, sebagai sesuatu yang infinitum dan indefinite quality?
Akan tetapi kalau "tiada" tadi qadim, bukankah berarti mempersekutukan Tuhan? Dan berarti ada dua qadim? Untuk menghindari kesulitan ini golongan Muktazilah mengadakan pemisahan antara dua qadim itu. Akan tetapi usaha ini sukar diterima oleh logika dan akal pikiran.

2. Bagian-bagian Alam

Menurut Aristoteles benda terdiri dari dua bagian, yaitu hule (matter) dan form (bentuk). Menurut orang-orang Muk¬tazilah, benda terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (jauharfard atau atom).
Ahli-ahli sejarah pemikiran Islam berbeda-beda pendapatnya tentang sumber teori atom tersebut. Ada yang mengatakan bahwa sumbernya adalah filosof-filosof Yunani, seperti Democritus, Leucippus dan Epicurus. Penis mengata¬kan bahwa sumber tersebut adalah India, karena teori atom Muktazilah lain daripada teori atom Yunani. Sebagaimana halnya dengan Horten ia melihat adanya persamaan pen-dapat antara orang-orang mutakalimin dan orang-orang India, antara lain tentang "tiada" (ma'dum) yang dikatakan-nya sebagai "sesuatu". Demikian pula sifat-sifat atom yang dibicarakan oleh golongan Muktazilah lebih dekat kepada pikiran-pikiran orang India daripada orang-orang Yunani.
Bagaimanapun juga di depan Muktazilah terdapat bermacam-macam teori atom dan diambilnya dari sana-sini, kemudian dibentuknya sehingga menjadi aliran tersendiri, i An-Nazzam yang tidak mengakui adanya atom. Teori atom ini menjadi dasar pendapat mereka tentang kekuasaa Tuhan dan hubungannya dengan alam.
Sebenarnya golongan Muktazilah angkatan lama tid« memberikan argumentasi adanya atom dan pembicaraa sekitar atom dianggap sebagai cabang pembicaraan tentar kekuasaan Tuhan. Akan tetapi setelah An-Nazzam mengingkari adanya atom, baru mereka mengemukakan alasan- alasannya, baik yang bercorak akal pikiran semata-mata ataupun yang bercorak Agama. Argumentasi tersebut ada empat:
1. Kalau tidak ada atom, yaitu bagian yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, tentulah orang yang berjalan pada jarak tertentu akan menempuh sesuatu yang tidak ada habis-habisnya, karena jarak tersebut tidak dapat dibagi sampai tidak ada habisnya. Dengan perkataan lain tidak dapat ditempuh dalam waktu yang terbatas. Dan ini diambil golongan Muktazilah dari Zeno aliran Elca Akan tetapi An-Nazzam, yang mengatakan masih bisj dibagi-bagi terus, memecahkan kesulitan ini dengarif menggunakan teori tafrah (loncatan), yaitu bahwa sesuatu benda dapat berada pada tempat pertama, kedua kemudian langsung kepada tempat yang kesepuluh.
2. Kalau bagian benda-benda tidak ada batasnya, tentulah bagian-bagian butir benih sama dengan bagian-bagian gunung.
3. Kalau Tuhan menyusun bagian-bagian benda, apakaj la dapat memisah-misahkan bagian tersebut sehinggl tidak ada penyusunan sama sekali dan bagian-bagiai itu tidak bisa dibagi lagi. Apakah la tidak dapat? Kalaf dikatakan tidak dapat, maka berarti menganggaf Tuhan lemah. Kalau mengatakan dapat, berarti suatu pengakuan akan adanya bagian yang tidak dapat di¬bagi-bagi.
4 Ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu. Hal ini mengharus-kan kita mengakui bahwa Tuhan mengetahui bagian-bagian benda. Karena itu bagian-bagian itu terbatas. Kalau dikatakan benda-benda bisa dibagi sampai tidak ada habisnya, tentulah mustahil Tuhan mengetahui akhirnya alam, suatu anggapan yang bertentangan de¬ngan firman Allah "Tuhan menghitung bilangan segala sesuatu" (Q.S. Al-Jin, 72:28).
An-Nazzam, tokoh Muktazilah tidak mengakui adanya bagian-bagian yang tidak dibagi-bagi lagi, meskipun dalam pikiran. Ketika membicarakan tentang benda, ia tidak me-mulainya dari bagian-bagiannya, tetapi pertama-tama ia memberikan definisi benda itu, yaitu yang mempunyai sifat-sifat, panjang, lebar dan dalam, kemudian menguraikan sifat-sifat dan khasiat-khasiatnya.
Boleh jadi pendapat An-Nazzam tersebut terpengaruh oleh Parmenides dan Zeno yang mengatakan bahwa tiap-tiap qadar (jumlah/mzqdar) terdiri dari bagian-bagian yang tidak ada habis-habisnya, sebagaimana ia terpengaruh oleh orang-orang Stoi yang mengkritik aliran atom Democritus dan Epicurus dan menandaskan bahwa benda sebenarnya dapat dibagi-bagi sampai tidak ada batasnya.
Pembahasan tentang atom (jauhar fard) membawa go¬longan Muktazilah kepada soal arad (accident atau non-exist¬ent property) dan hubungannya dengan jauhar (essence atau substance). Di antara mereka ada yang membedakan antara Jauhar dengan arad. .Arad ialah sifat yang melekat pada jau-har. Lainnya mengatakan bahwa arad baru ada setelah bagi¬an-bagian benda bersusun dengan bagian lainnya. Menurut , seorang tokoh Muktazilah, kita sebenarnya tidak melihat jauhar, tetapi hanya mengetahui arad. Hanya arad saja yang dapat dicapai pancaindra. Dengan perkataan lain apa yang dapat dicapai pancaindra hanyalah, fenomena seperti yang dikatakan Kant.
Kelanjutan pembicaraan tentang jauhar dan arad ialah hukum keharusan (qanun hatmiyyah) yang menguasai semua macam wujud, karena tiap-tiap benda dalam alam mempunyai tabiat dan perbuatannya yang khusus, yang karenanya kita dapat mengetahui hukum yang menguasainya demikian pula halnya dengan jauhar.
3. Gerak

Menciptakan atau menjadikan adalah perbuatan Tuhan, yang berarti memindahkan sesuatu dari "tiada" menjadi "ada" (wujud). Meskipun golongan Muktazilah mengakuf; bahwa sesuatu sebelum mencapai wujudnya mempunyaf sifat-sifat yang ada pada waktu sesudah mencapai wujudnya,-namun mereka tidak mengakui adanya "gerak" pada sesuatu* yang masih tiada. Gerak tersebut baru dimiliki sesuatu se¬sudah ia lahir dalam wujud. Karena arti gerak ialah perpindahan benda dari satu ruang ke ruang lain, maka ger tersebut memerlukan dua ruang dan dua waktu.
Karena gerak itu adalah arad, sedang arad tidak untul selamanya, maka gerak tersebut tidak untuk selamanya Semua gerak akan berakhir dengan ketenangan (diam).
Tentang ilat (illat) wujud alam dikatakan oleh Muktazilah bahwa Tuhan menjadikannya dengan firman-Nya "Jam. (jadilah), dengan perkataan lain, pindahlah dari "tiada (adam) menjadi "wujud", kemudian lahirlah alam. dengan demikian maka Tuhan menjadi ilat pertama bagi semua makhluk. Ilat lainnya dikatakan sebagai ilat yang kedua. Ila ini menurut An-Nazzam dibagi menjadi tiga:
a.Ilat yang mendahului sesuatu (ma'lul), seperti "kehendak atau "kemauan" yang menjadi ilat adanya alam.
b Ilat yang bersama-sama wujudnya dengan ma'lul, seperti gerak kaki yang menjadi ilat gerakan kita.
c. Ilat yang datangnya sesudah ma 'lul, yaitu yang dinamakan ilat tujuan (goyah).
Kita cukupkan sekian saja mengenai filsafat Muktazi¬lah, meskipun sebenarnya masih ada lapangan-lapangan lainnya, seperti epistemologi, kejiwaan dan etika.
6. Tokoh-tokoh Muktazilah
Tokoh-tokoh Muktazilah banyak sekali. Tetapi sebagian saja yang disebutkan, yaitu yang nampak jelas peranannya dalam perkembangan aliran Muktazilah, baik berupa buah pikiran maupun usaha lainnya.
Wasil bin Ata' al-Ghazzal (80-131 H/699 M)
la adalah pendiri aliran Muktazilah dan yang meletak-kan ajaran-ajaran yang lima yang menjadi dasar semua go¬longan Muktazilah. Kebanyakan pendapat-pendapatnya belum matang.
Abul al-Huzail al-Allaf (135-226 H / 753-840 M) la menjadi pemimpin aliran Muktazilah Basrah. la mempelajari buku-buku Yunani dan banyak terpengaruh dengan buku-buku itu. Karena dialah aliran Muktazilah mengalami kepesatan.
Pendapat-pendapatnya antara lain:
1. Tentang arad; Dinamakan arad bukan karena menda-tang pada benda-benda, karena banyak arad yang ter-dapat bukan pada benda, seperti waktu, abadi dan hancur. Ada arad yang abadi dan ada yang tidak abadi.
2. Menetapkan adanya bagian-bagian yang tidak dap; dibagi-bagi lagi (atom).
3. Gerak dan diam; Benda yang banyak bagian-bagiannj bisa bergerak dengan satu bagian yang bergerak. Menurut mutakalimin, hanya bagian itu sendiri yang gerak.
4. Hakikat manusia; hakikatnya adalah badannya, bukan jiwanya (nafs atau run). -j
5. Gerak penghuni Surga dan Neraka. Gerak-gerik mereka akan berakhir dan menjadi ketenangan (diam). Di dalam ketenangan ini terkumpul semua kesenangan dan siksaan.
6. Qadar (kadar): manusia bisa mengadakan perbuatan- perbuatannya di dunia, akan tetapi kalau sudah berada di akhirat tidak berkuasa lagi.
7. Kabar tentang sesuatu yang dapat dicapai pancaindra hanya bisa diterima apabila diberitakan oleh 20 orang sekurang-kurangnya, seorang di antaranya dari ahli surga (maksudnya golongan Muktazilah).
Ibrahim bin Sayyar an-Nazzam (wafat 231H / 845 M) la adalah murid Abul Huzail al-Allaf, orang terkemuka lancar bicara, banyak mendalami filsafat dan banyak karangannya. Ketika kecilnya, ia banyak bergaul dengan orang- orang bukan dari golongan Islam, dan sesudah dewasa banyak berhubungan dengan filosof-filosof masanya. Beberapa pendapatnya berlainan dengan orang-orang Muktazila lainnya.
Pendapat-pendapatnya antara lain:
1. Tentang benda (jisim)' Selain gerak, semua yang ada disebut jisim, termasuk warna, bau dan sebagainya.
2 Tidak mengakui adanya bagian yang tidak dapat dibagi-bagi. la mengatakan bahwa sesuatu bagian bagaimana-pun kecilnya dapat dibagi-bagi (Boleh jadi benar bisa dibagi dalam pikiran).
3. Teori lompatan (tafrah; lihat di atas).
4. Tidak ada "diam" (znrest). "Diam" hanyalah istilah bahasa, pada hakikatnya semua yang ada bergerak (bandingkan dengan Heraklitus).
5. Hakikat manusia; hakikatnya adalah jiwanya, bukan badannya, seperti pendapat Al-Allaf. Badan hanyalah alat saja. Juga ia mengatakan bahwa badan itu adalah penjara jiwa, kalau lepas dari badan akan kembali ke alamnya (bandingkan dengan pendapat Platinus).
6. Berkumpulnya kontradiksi dalam suatu tempat, me-nunjukkan adanya Tuhan.
7. Teori sembunyi (kumun): Semua makhluk dijadikan Tu¬han sekaligus dalam waktu yang sama. Karena itu se-benarnya Nabi Adam tidak lebih dahulu daripada anak-anak, demikian pula seorang ibu tidak lebih da¬hulu daripada anaknya. Lebih dahulu atau kemudian hanyalah dalam lahir ke dunia saja, bukan dalam asal kejadiannya.
8. Berita yang benar ialah yang diriwayatkan oleh imam yang maksum.
9.1'jaz Quran (daya pelemah) terletak dalam pemberitaan hal-hal yang gaib.
Muammar bin Abbad as-Sulamy (wafat 220 H / 835 M) Banyak terpengaruh oleh filosof-filosof, terutama tentang sifat-sifat Tuhan.
Bisyr bin al-Mu'tamir (wafat 226 H / 840 M) Pendapatnya antara lain, siapa yang tobat dari sesuatu dosa besar kemudian mengerjakan dosa besar lagi, ia akan menerima siksa yang pertama juga, sebab tobatnya dapat diterima dengan syarat tidak mengulangi lagi. Dengan perkataan lain, siksanya akan berlipat ganda.
Jahiz Amr bin Bahr (wafat 255 H / 868 M) la terkenal tajam penanya, banyak karangannya dan' gemar membaca buku-buku filsafat, terutama filsafat alam.\ Karangan-karangannya yang masih ada hanyalah yang bertalian dengan kesusastraan.
7. Kemunduran Golongan Muktazilah
Setelah beberapa puluh tahun lamanya golongan Muktazilah mencapai kepesatan dan kemegahannya, akhirnya mengala-1 mi kemunduran. Kemunduran ini sebenarnya karena per-; buatan mereka sendiri. Mereka hendak membela. memperjuangkan kebebasan berpikir akan tetapi merekal sendiri memusuhi orang-orang yang tidak mengikuti pendapat-pendapat mereka.
Puncak tindakan mereka ialah ketika Al-Makmun menjadi khalifah di mana mereka dapat memaksakan pendapat dan keyakinan mereka kepada go¬longan-golongan lain dengan menggunakan kekuasaan Al-Makmun, yang mengakibatkan timbulnya "Peristiwa Quran"; yang memecah kaum Muslimin menjadi dua blok, yaitu blofe yang menuju kekuatan akal pikiran dan menundukkan Agama kepada ketentuannya dan blok lain yang berpegang teguh kepada bunyi nash-nash Quran dan Hadis semata-mata dan menganggap tiap-tiap yang baru sebagai bidah dan kafir.
Akan tetapi persengketaan tersebut dapat dibatasi, dengan tindakan Al-Mutawakkil, lawan golongan Muktazilat untuk mengembalikan kekuasaan golongan yang mempelajari keazalian Quran. Sejak saat tersebut golongan Muktazilah mengalami tekanan berat, sedang sebelumnya menjadi pihak yang menekan.
Kitab-kitab mereka dibakar dan kekuatannya dicerai-beraikan sehingga kemudian tidak lagi ada aliran Muktazilah sebagai suatu golongan, terutama sesudah Al-Asy'ari dapat mengalahkan mereka dalam bidang pemikiran.
Akan tetapi mundurnya golongan Muktazilah sebagai golongan yang teratur tidak menghalang-halangi lahirnya simpatisan dan pengikut-pengikut yang setia yang menyiarkan ajaran-ajarannya. Pada akhir abad ketiga Hijrah muncul-lah Al-Khayyat yang dianggap sumber yang asli untuk mengetahui pikiran-pikiran Muktazilah. Pada permulaan abad keempat, muncullah Abu Bakar al-Ikhsyidi (wafat 320 H atau 932 M), dengan alirannya yang sangat berpengaruh selama abad keempat.
Ulama Muktazilah angkatan baru yang terkenal ialah Az-Zamakhsyari (467-538 H / 1075-1144 M) yang menafsirkan Quran atas dasar ajaran-ajaran Muktazi¬lah, dengan nama Al-Kasysyaf. Tafsir ini sangat berpengaruh, dan lama sekali menjadi pegangan oleh Ahli Sunah, sampai lahirnya Tafsir Baidawi. Kegiatan kaum Muktazilah baru hi-lang sama sekali setelah adanya serangan-serangan orang Mongolia. Meskipun demikian, pikiran-pikiran dan ajaran-ajarannya yang penting masih hidup sampai sekarang pada golongan Syi'ah Zaidiyah.
Kalau pemikiran Islam pada golongan Muktazilah ber-corak rasionalis murni, maka pada masa sesudahnya berubah coraknya sedemikian rupa, sehingga bisa diterima sebagai alat memperkuat ajaran-ajaran agama dan tali penghubung taklid buta yang memegangi teguh teks-teks/nas dengan Penakwilan nas sebagai jalan untuk menundukkan agama akal pikiran semata-mata. Tali penghubung tersebut diadakan oleh seorang yang mula-mula terdidil kemuktazilahan dan memeluk ajaran-ajarannyj pada akhirnya ia meninggalkan ajaran-ajaran dijelaskannya ajaran yang berdiri sendiri, terkei dengan nama "Aliran Ahli Sunnah wal Jama'a tersebut ialah Abul Hasan Al-Asy'ari.

DAFTAR PUSTAKA

Nasution Harun, Teologi Islam ( Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan)
Seyyed Hossein Nasr, Chittick William C, Islam Intelektual ( Teologi, Filsafat& Marifat ) : Perenial Press.
Hatta Mohammad, Alam Pikiran Yunani : Penerbit Tintamas Indonesia Jakarta.
Nasution Harun, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya : Penerbit Universitas Indonesia Pres

Yuk saling berkomentar memberikan masukan positif...

Post a Comment (0)
Your Ads Here

Ads middle content2

Your Ads Here